Halaman

Selasa, 25 Mei 2010

Kemah segoro gunung

Tanggal 22 Mei 2010 kemarin aq pergi ke bumi perkemahan segoro gunung. tempatnya berada di daerah kemuning daerah candi cetho... pada waktu sore hari, kabut sudah mulai terlihat. tempat disekitarnya adalah hutan yang tumbuh pohon pinus yang menghasilkan getah karet. Warga sekitar mengambil getah karet untuk dijadikan lahan penghidupan. Saat akan makan, harus mencari makan di warung dan harus turun ke bawah. Karena tidak membawa beras untuk di makan. Peralatan masak hanya kompor spirtus, spirtus, briket, wajan kecil saja. Memang peralatannya tidak lengkap. Tapi tetap semangat menjalani kemah di bumi perkemahan di hutan. Di daerah sekitar situ, ada air terjunnya. Sebenarnya tidak layak disebut air terjun, karena bentuknya seperti sungai yang terdiri dari batu-batuan besar saja.
Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Tetapi teman-teman immawati malah pada pulang, karena tidak betah tinggal dan kedinginan pada saat kemah. Acara disana antara lain outbond, lomba masak, lomba orasi, lomba CCI ( Cerdas Cermat IMM ).

Senin, 17 Mei 2010

Array

Array
Dalam banyak aplikasi Web, seringkali kita membutuhkan sebuah variabel yang mampu menyimpan beberapa nilai sekaligus secara terorganisir, sehingga lain saat kita dapat memperoleh kembali nilai-nilai tersebut dengan mudah dan dalam bentuk yang teratur dan terorganisir pula. Tidak, bukan database yang saya maksud, karena saya sedang bicara variabel, dan database bukan variabel. Mengapa ini sangat penting? Karena dalam banyak kasus kita hanya membutuhkan penyimpan nilai sementara yang terorganisir dengan baik, dan database sangat mahal untuk melakukan hal tersebut. Bayangkan tentang koneksi, query dan seterusnya yang akan memperlambat proses apabila kita menggunakan database.
Di sinilah kita membutuhkan array, sebuah tipe variabel yang mampu menyimpan beberapa nilai sekaligus bahkan dalam tipe berbeda yang terorganisir dengan baik. Sehingga dalam bahasa pemrograman manapun—termasuk PHP tentunya—Anda akan senantiasa menemukan array sebagai salah satu tipe variabelnya. Karena—maaf saya menggunakan bahasa Inggris—array is powerful.

Array, Apa dan Mengapa
Array di PHP adalah tipe variabel spesial, karena dengan array kita dapat mengakses sekumpulan nilai dengan menggunakan satu nama variabel. Mekanisme pengaksesan ini diatur dalam bentuk pemetaan (mapping) dari sekumpulan nilai (values) ke sekumpulan kunci (keys) atau indeks. Sebagai contoh, variabel array $hacker dapat memetakan 1, 2 dan 3 masing-masing ke "Eric S Raymond", "Richard Stallman" dan "Bruce Perens", sehingga dapat dinyatakan sebagai:
$hacker[1] = "Eric S Raymond";
$hacker[2] = "Richard Stallman";
$hacker[3] = "Bruce Perens";
di mana ekspresi 1, 2 dan 3 adalah indeks, sementara "Eric S Raymond", "Richard Stallman" dan "Bruce Perens" adalah nilai-nilainya.
Array akan sangat berguna manakala kita mengolah sekumpulan data atau nilai dengan identitas serupa. Sebagai ilustrasi, katakanlah kita memiliki data berupa nama hacker dan nama cracker. Jika tidak menggunakan array, maka yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan menyatakan seperti berikut:
$hacker_1 = "Eric S Raymond";
$hacker_2 = "Richard Stallman";
$hacker_3 = "Bruce Parens";
$cracker_1 = "FALLEN";
$cracker_2 = "n3wb13";
$cracker_3 = "Neur0n";
Jika kita perlu mencetak keenam data tersebut, maka cara berikut bisa digunakan:
print "Nama hacker ke 1: $hacker_1";
print "Nama hacker ke 2: $hacker_2";
print "Nama hacker ke 3: $hacker_3";
print "Nama cracker ke 1: $cracker_1";
print "Nama cracker ke 2: $cracker_2";
print "Nama cracker ke 3: $cracker_3";
Cara seperti ini mungkin efektif tetapi sayangnya jauh dari efisien. Mengapa? karena jika jumlah data hacker dan cracker di atas sampai puluhan bahkan ratusan, maka bayangkan berapa banyak Anda harus mengetik perintah tersebut. Belum lagi, webserver harus melakukan parsing dari ratusan baris yang akan memperlambat keseluruhan proses. Tidak percaya? Silakan dicoba sendiri.

Dengan array, Anda dapat melakukan hal di atas dengan lebih baik efektif dan efisien. Untuk 900 data hacker dan cracker misalnya, Anda cukup melakukan iterasi seperti berikut:
for ($k=0;$k<900 ama="" br="" hacker="" k:="" k="" ke="" print="">}

for ($k=0;$k<900 ama="" br="" cracker="" k:="" k="" ke="" print="">}
Singkat, sederhana, tetapi ampuh. Selain itu, banyaknya fungsi PHP untuk memanipulasi array membuat tipe variabel ini sangat membantu kerja kita dalam membuat aplikasi web. Kita akan membahas beberapa fungsi PHP untuk memanipulasi array ini pada bagian berikutnya.
Inisialisasi dan Modifikasi Array
Untuk menginisialisasi sebuah array digunakan fungsi array(). Data hacker di atas misalnya dapat dibuat sebagai array dengan:
$hacker = array("Eric S Raymond", "Richard Stallman","Bruce Perens");
Skrip ini akan menginisialisasi variabel $hacker dengan $hacker[0], $hacker[1] dan $hacker[2] masing-masing bernilai "Eric S Raymond", "Richard Stallman", dan "Bruce Perens". Cara lain untuk ini adalah sebagai berikut:
$hacker = array(0 => "Eric S Raymond",
1 => "Richard Stallman",
2 => "Bruce Perens");
Cara pertama secara default akan menetapkan indeks secara berurutan mulai dari 0, sementara cara kedua kita sendiri yang menetapkannya. Anda bisa saja melakukan hal berikut:
$hacker = array(0 => "Eric S Raymond",
1 => "Richard Stallman",
3 => "Bruce Perens");
yang sama dengan:
$hacker = array("Eric S Raymond", "Richard Stallman",
3 => "Bruce Perens");
Dan jika dicetak dengan skrip berikut:
for ($k=0;$k<=3;$k++) { print "\$hacker[$k] berisi: $hacker[$k]"; } akan menghasilkan keluaran: $hacker[0] berisi: Eric S Raymond $hacker[1] berisi: Richard Stallman $hacker[2] berisi: $hacker[3] berisi: Bruce Perens Untuk memodifikasi isi array Anda dapat menetapkan nilai secara eksplisit dari elemen-elemen array. Sebagai contoh untuk variabel $hacker di atas, elemen dengan indeks 2 yang masih kosong dapat diisi secara langsung dengan: $hacker[2] = "Rasmus Lerdorf"; jika dicetak akan menghasilkan: $hacker[0] berisi: Eric S Raymond $hacker[1] berisi: Richard Stallman $hacker[2] berisi: Rasmus Lerdorf $hacker[3] berisi: Bruce Perens Sebenarnya, dengan sifat PHP yang weakly typed, Anda dapat mendeklarasikan array secara eksplisit sebagaimana kita memodifikasi elemen array di atas. Katakanlah jika variabel $location belum terdeklarasi sebelumnya, kita dapat mendeklarasikan $location sebagai array dengan: $location[0] = "Pennsylvania"; $location[1] = "Manhattan"; Anda juga dapat melakukannya dengan memanfaatkan sifat indeks array PHP yang melakukan increment tiap kali dideklarasikan dengan indeks kosong seperti $location[], sehingga deklarasi berikut: $location[] = "Daly City"; $location[] = "Berkeley"; akan mengisi $location[2] dan $location[3] dengan "Daly City" dan "Berkeley". Perlu diperhatikan di sini, deklarasi array secara eksplisit tidak bisa dikatakan sebagai inisialisasi, karena ia hanya mengakses satu elemen dari array, sehingga penambahan nilai pada indeks 2 seperti di atas, tidak sama dengan: $hacker = array(2 => "Rasmus Lerdorf");
Tidak percaya? Silakan coba sendiri, lalu cetak tiap elemen arraynya.

Tahun Baru, Sebuah Renungan

Oleh M. Fachry pada Selasa 29 Desember 2009, 01:55 PM

Rasulullah SAW., bersabda :

"Berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan! (sebelum kamu mendapati) huru hara (fitnah) yang akan menyebabkan keadaan sebagai bagian dari gelapnya malam. (Pada saat itu) seseorang akan bangun di pagi hari sebagai orang yang beriman dan pergi (beranjak) tidur sebagai orang yang tidak beriman atau dia pergi tidur sebagai orang yang beriman dan bangun dari tidur sebagai orang yang tidak beriman. Dia menjual agamanya dengan tawaran (godaan) dunia." [Shahih Muslim, Dalam Buku Iman bab 51 hadits 118].

Hadits di atas menginformasikan kepada kita bahwa seseorang dapat menjadi Muslim pada pagi hari akan tetapi kafir pada sore hari! Hal itu disebabkan bahwa yang bersangkutan telah melakukan satu dari pembatal Islam sebelum ia berangkat tidur.

Kita mungkin terkejut bagaimana hal itu bisa terjadi. Semua orang telah melakukan sesuatu dan berfikir bahwa dia adalah seorang Muslim ketika bangun tidur, namun ironisnya karena di siang hari dia melakukan beberapa hal, maka dia bisa menjadi murtad, Naudzubillah min dzalik.

Beberapa hal tersebut diantaranya ;

  • Atas nama kebebasan dan seni menghina Nabi Muhammad SAW., dengan menggabarkannya dalam bentuk kartun, pin, dan sejenisnya.
  • Melakukan atau meminta seorang Muslim untuk bergabung dengan agen-agen kufur untuk menyusup ke komunitas Muslim (memata-matai kaum muslimin).
  • Bekerjasama dengan pemerintahan kufur untuk memata-matai kaum Muslimin.
  • Menghina wanita Muslim yang menggunakan hijab/jilbab, termasuk menolak syari'at jilbab.
  • Mendukung Obama (atau penguasa kufur lainnya) yang secara tegas meminta dan menekan kaum Muslimin untuk bersatu dan berada (di bawah sistem kufur).
  • Bekerja dengan golongan orang-orang menyimpang yang meminta kita untuk bergabung dengan tentara salib.
  • Berpartisipasi dengan orang-orang munafiq yang menyerukan ibadah antar agama (pluralisme).
  • Bersumpah setia kepada penguasa-penguasa kafir.

Ini adalah sebagian isu-isu yang dihadapi Ummat Muslim di tahun ini dan satu sama lain telah didisain untuk memerangi indentitas Islam dan menepiskan atau mengikis aqidah tauhid dan pemahaman Islam.

Namun perbuatan buruk ini tidak ada yang baru ketika membandingkannya dengan apa yang disaksikan oleh para Shahabat Rasulullah SAW., di Mekkah. Mereka menghadapi serangan lisan dan fisik yang menyakitkan dari rezim Quraisy.

Mereka diboikot, dibunuh, disiksa dan dipenjara tetapi mereka tidak pernah kompromi terhadap dien Allah SWT. Namun mereka tetap sabar, tabah dan mengorbankan semua yang mereka miliki untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Karena kualitas yang sempurna ini mereka mendapat ridho Allah yang menjamin mereka mendapatkan balasan yang sangat tinggi, yakni Jannah..

Itulah mengapa standar Islam kita adalah wahyu (Al-Qur'an dan As-Sunnah) berdasarkan atas pemahaman Shahabat R.A. Allah SWT menginformasikan kepada kita:

"Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)." (QS Al Baqarah, 2: 137)

Maka kami dengan sungguh-sungguh dan dari hati yang paling dalam bertanya kepada saudara saudari Muslim pada saat ini, bagaimana reaksi mereka terhadap semua kejadian di atas? Apakah kita melihat bagaimana para Shahabat Rasul terakhir bereaksi pada tekanan seperti itu dan mau meneladani mereka ? Atau apakah kita mengikuti kebanyakan orang, menerima kemauan kita (hawa nafsu) atau tidak melakukan apa pun.

Dapatkah kita bayangkan para Shahabat seperti Abu Bakar atau Fatimah bekerja untuk inteligen Quraisy, memata-matai anak mereka sendiri, bersumpah setia pada Abu Jahal, berperang melawan ummat Muslim (Iraq), shalat dengan Abu Lahab (Paus), berjalan dengan telanjang (tanpa menutupi aurat mereka), mengibarkan bendera kemusyrikan dan mengatakan seseorang yang menggambar kartun Nabi Muhammad adalah sebuah kebebasan ?

Tentu, untuk melakukan yang demikian itu jawabannya dengan jelas adalah tidak, tidak, dan tidak. Nabi Muhammad SAW., berkata aku berlepas diri dari muslim yang hidup (dan tidur) di antara musyrikin. Para Shahabat bertanya mengapa Ya Rasulullah ? Beliau besabda, orang-orang itu tidak membedakan jalan hidup mereka dari jalan hidup kuffar. [HR. Sunan Darimi]

Wallahu'alam bis Showab!

Source : Almuhajirun.net

Duhai Seandainya Saya Melakukannya (Berjihad)


Oleh M. Fachry pada Selasa 12 Januari 2010, 01:44 PM

Duhai seandainya saya melakukannya (berjihad). Ucapan ini dilontarkan dengan penuh penyesalan oleh sahabat senior, Ka'b bin Malik r.a. ketika beliau tertinggal (tidak ikut) berjihad dalam Perang Tabuk. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW., dan tidak ikut dalam perang tersebut merupakan dosa besar yang memalukan. Perkataan Ka'b ini (mungkin) juga diucapkan orang-orang yang hingga kini belum pergi berjihad padahal dia tahu hukumnya wajib. Lalu, masihkah ada waktu sebelum terlambat, sehingga kita tidak hanya mengatakan 'Duhai seandainya saya melakukannya (berjihad)?

Syarah Hadits Ka'b Bin Malik. r.a.

Mengapa hingga saat ini masih ada orang yang duduk-duduk saja tidak berangkat berjihad padahal hukumnya telah fardhu 'ain? Apa yang melatarbelakangi keengganan seseorang untuk berangkat berjihad membela agama Allah SWT ?

Syekh Usamah bin Ladin, dalam sebuah video yang dikeluarkan oleh As Sahab Media (diterjemahkan oleh Forum Jihad Al Tawbah), berjudul: "Muhadhoroh Hadits Ka'b bin Malik Pada Perang Tabuk", Peringatan Bagi Mereka Yang Duduk Tidak Berjihad (Qo'idun), menjelaskan bahwa beliau telah mempelajari siroh Rasulullah SAW, dan dalam hal ini maka kisah Ka'b bin Malik dalam peristiwa Perang Tabuk sebagaimana telah diriwayatkan haditsnya oleh Shahihain (Bukhari dan Muslim) serta yang lainnya sangat cocok untuk menjadi renungan umat di saat ini.

Dalam hadits yang panjang dan agung ini, sahabat Ka'b bin Malik, mengaku dan berterus terang tentang tabiat jiwa manusia dan lemahnya jiwa manusia. Untuk itu, mari kita mentadaburi kejujuran dan keterusterangan sahabat yang mulia ini sehingga kita bisa tahu bagaimana tabiat orang-orang yang duduk tidak berangkat berjihad.

Syekh Usamah melanjutkan dan berpesan agar kita berusaha mengobati jiwa kita, dan menasehati jiwa kita, saudara-saudara dan ulama kita dan kita berharap kepada Allah SWT agar sudi kiranya mengembalikan kita dengan pengembalian yang baik.

Video muhadhoroh Hadits Ka'b bin Malik dibuka dengan tayangan ayat Al Qur'an Surat At Taubah (9) ayat: 117 s/d 121 dengan latar belakang pegunungan Afghanistan. Kemudian langsung terlihat Syekh Usamah dengan tampilan khas beliau, bersurban, dengan latar belakang dinding bilik yang sangat sederhana. Dengan suara lembut, penuh perasaan beliau memulai muhadhoroh tentang syarah hadits Ka'b bin Malik berkenaan atau dalam peristiwa Perang Tabuk

Beliau membuka muhadhoroh dengan mengingatkan bahwa yang dibahas adalah tentang umat ini, terutama kondisinya yang parah karena berada di bawah kekuasaan orang-oang kafir yang menerapkan hukum-hukum selain hukum Allah SWT. Palestina telah 8 dekade dikuasai oleh nasrani dan kemudian yahudi.

Dan telah berlalu 10 tahun pendudukan salibis yang dipimpin Amerika. Mereka menduduki Masjidil Harom, negeri dua tanah suci (biladul haromain)

Dalam kondisi seperti ini ironisnya masih saja ada yang bingung dan belum tergerak hatinya untuk membela La ilaha ilallah. Bahkan ada yang berpendapat boleh saja mereka berdiam diri dan berpangku tangan dalam kondisi seperti ini.

Untuk itu, dalam kondisi yang demikian, umat perlu mencari kembali jalan yang terang dan jelas untuk bersikap, dan jalan itu tiada lain hanyalah dengan melihat bagaimana kehidupan para sahabat r.a.yang dengan itu kebenaran menjadi jelas daripada kebatilan.

Ka'b Bin Malik 'Tertinggal' Dalam Perang Tabuk ?

Ka'b bin Malik r.a bercerita tentang Perang Tabuk yang tidak diikutinya. Padahal ia adalah termasuk dari sahabat anshor yang pertama-tama masuk Islam. Ia termasuk yang hadir, menyaksikan dan berbai'at pada hari dilaksanakannya Bai'atul Aqabah. Bai'at agung yang menjadi pilar tegaknya daulah islam di Madinah.

Ia (Ka'b) menceritakan :

Saya tidak pernah absen dari setiap perang yang dipimpin Rasulullah SAW sama sekali, kecuali Perang Badar.

Ia termasuk yang menikmati perang dan mempersembahkan lehernya untuk membela La ilaha ilallah. Namun, manusia tetaplah manusia yang kadangkala digelincirkan syaitan, sekali waktu lemah dan tertipu oleh dirinya sendiri. Inilah yang diceritakan sahabat yang mulia ini.

Ia melanjutkan : Rasulullah SAW mengajak untuk berangkat perang pada saat hari panas menyengat.

Di saat orang-orang sedang 'qoilulah' (santai-santai) di bawah pohon-pohon korma mereka. Sementara itu, buah korma yang ada di pohon sudah mulai tampak matang.

Ia melanjutkan : waktu itu saya senang dengannya

Dalam artian ia menyenangi bernaung dan senang buah-buah korma tersebut. Inilah tabiat jiwa manusia, kita bisa membacanya pada orang-orang besar semacam mereka radillahu'anhum.

Syekh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Fiqhus Sirah menjelaskan mengenai terjadinya Perang Tabuk, dalam buku beliau yang berjudul "At Ta'ashshub wat Tasamuh Bainal Masihiyah wal Islam" sebagai berikut :

"...Dan gereja tidak tahan hidup jika di sampingnya terdapat pikiran lain yang tidak sesuai dengan cabang-cabang ajarannya yang sekecil-kecilnya..."

Romawi berpendirian harus dapat membendung Islam dan menghancurkan Islam di daerah utara Semenanjung Arabia dengan pukulan yang mematikan. Berita-berita mengenai persiapan Romawi yang hendak menyerang daerah Islam itu didengar oleh Rasulullah SAW di Madinah. Agama Nasrani, sejak menguasai Romawi, selalu mendukung niat agresif yang ada pada para pendetanya.

Tidak ada pilihan lain bagi Rasulullah SAW kecuali harus mengerahkan kekuatan kaum Muslimin untuk menangkal agresi yang mengancam keselamatan Islam. Ini perkara penting, perkara pembelaan terhadap La ilaha ilallah. Kita lihat, Islam sejak dulu (di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW) selalu peka akan agresi yang hendak dilakukan kaum kafir kepada mereka. Baru terdengar kabar Romawi akan menyerang, umat Islam sudah bersiap diri untuk menghadang. Bagaimana perbedaannya kondisi tersebut dengan saat ini, dimana kaum kafir sudah menyerang di mana-mana, namun umat masih absen dari berjihad.

Kita kembali kepada kisah Ka'b yang pada waktu itu pun absen dari Perang Tabuk. Jika mereka saja (Ka'b) ada yang absen dari jihad, maka tidak heran apabila ada orang pilihan pada hari ini yang juga absent.

Saya lebih senang dan cenderung kepada pohon-pohon korma tempat berteduh. Ia berkata :

Sementara orang-orang mulai bersiap-siap dan saya pun mulai bersiap-siap. Waktu berlalu, hari pertama berlalu, dan saya belum menyiapkan apa-apa. Saya berkata, saya akan mempersiapkan itu semua besok, namun lagi-lagi belum ada satupun yang saya siapkan. Saya berkata pada diri sendiri (Syekh Usamah mengomentari : perhatikanlah peryataan nafsunya disini) : Saya berkata pada diriku sendiri, saya kuasa untuk berangkat bersama mereka. (Syekh Usamah melanjutkan komentarnya, si jiwa menipu pemiliknya, padahal ia biasa berjihad) Ia melanjutkan : Ini masalah sederhana, saya bisa berangkat. Saya berkata pada diriku sendiri saya bisa berangkat dan mampu melakukannya. Saya masih dalam keadaan semula sampai waktu perang semakin dekat. Rombongan menakutkan itupun berangkat, suatu rombongan agung. Komandannya Muhammad SAW, diiringi Abu Bakar, Umar, dan para sahabat yang mulia. Para ahli siroh memperkirakan mereka 30 ribu sahabat radiallahu'anhum.

Tipu Daya Jiwa & Beratnya Perang Tabuk

Di sini seorang Muslim harus mengetahui tipu daya jiwa. Berapa banyak orang yang duduk, berapa banyak orang yang berpangku tangan dari membela La ilaha ilallah tertipu oleh jiwanya. Seandainya ia (yang tertipu jiwanya) mau pergi berjihad, maka pasti ia akan berangkat. Seandainya bapaknya, pemimpinnya, atau yang menunjuknya menginginkan dia berangkat, maka pasti ia akan berangkat. Namun untuk maslahat Islam ia malah tidak berangkat. Ini adalah sebuah ketertipuan yang nyata dan jelas.

La hawla wa laa quwwata illa billah.

Sahabat ini tertipu oleh jiwanya padahal ia telah berpengalaman dalam peperangan dan pertempuran. Kaum anshor adalah "Abnaaul Huruub" (terbiasa dengan perang dan bertempur). Mereka mewarisi kebiasaan itu dari orang tua-orang tua mereka. Namun, ia bisa tertipu oleh jiwanya (nafsu). Lalu bagaimana dengan orang yang belum pernah berangkat perang sama sekali ?

La hawla wa laa quwwata illa billah.

Akan sangat mudah bagi jiwa untuk menipu pemiliknya. Mereka hidup dalam kehidupan yang sulit, tidak ada listrik, tidak ada AC dan tidak ada apa-apa. Buah kurma yang kelihatan mau masak di pohon korma membuatnya lebih cenderung pada duniawi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang longgar dalam hal-hal yang mubah sampai malah berlebihan. Mereka tenggelam dalam kemewahan, bicarakanlah dan engkau tidak berdosa.

La hawla wa laa quwwata illa billah.

Bagaimana bisa mereka tidak tertipu jiwanya kecuali orang-orang yang dikehedaki oleh Allah SWT selamat. Orang-orang telah berangkat, sementara Ka'b jatuh ke dalam dosa yang sangat besar dan memalukan. Duduk tidak ikut membela La ilaha ilallah. Duduk tidak ikut membela tauhid dan aqidah. Merasa berat karena kenikmatan kehidupan dunia yang pada waktu itu masih sangat sedikit.

Perang Tabuk memang sebuah perang yang sangat menguji keimanan seseorang. Udara waktu itu panas. Dalam beberapa atsar lain di Tabuk, Umar r.a. berkata :

Jika salah seorang dari kita keluar menuju kendaraannya lehernya terasa mau putus karena saking panasnya.

Masih menurut Syekh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Fiquh Siroh, persiapan untuk maksud tersebut (Perang Tabuk) bertepatan dengan musim paceklik dan kemarau panjang. Selain itu dibutuhkan kerja keras dan biaya yang besar sekali untuk menghadapi kekuatan kufur Romawi.

Romawi pada saat itu adalah sebuah kekuatan super power, sebuah kekuatan negara yang wilayahnya membentang di beberapa benua, negara yang memiliki sumber tenaga dan kekayaan luar biasa besarnya.

Pasukan kaum Muslimin sendiri dinamakan dengan Jaisul Usrah (Pasukan yang Menghadapi Kesukaran)

Firman-firman Allah SWT yang turun berkenaan dengan Perang Tabuk yang terjadi dalam suasana serba sulit, merupakan ayat-ayat terpanjang dibanding dengan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan peristiwa peperangan antara kaum Muslimin dan musuh-musuhnya.

Syekh Usamah bin Ladin melanjutkan penjelasannya dalam syarah hadits Ka'b. Lalu apa kata para pencinta dunia ? Apa kata mereka ?

"Mereka berkata : "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah : "Api neraka jahannam itu lebih sangat (panas)nya, jika mereka mengetahui." (QS At Taubah (9) : 81)

Setelah itu, ketika ia (Ka'b) tertinggal rombongan perang. Ka'b berkata :

Saya ingin menyusul mereka namun itu tidak ditakdirkan untukku. Ia melanjutkan :

Duhai seandainya saya melakukannya

Syekh Usamah kemudian berpesan :

Wahai hamba Allah gunakan kesehatanmu. Manfaatkan waktu luang dan masa mudamu. Inilah medan-medan surga telah terbuka lebar. Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya pintu-pintu surga terletak di bawah naungan pedang."

Ketika Abu Musa Al Asy'ari r.a. mengatakan hadits ini, ada seseorang bertanya :

Wahai Abu Musa apakah engkau mendengar hadits ini dari Rasulullah SAW., ? lihatlah sahabat ini menanyakan kejelasan hadits ini untuk mengamalkannya, bukan hanya untuk memperbanyak ilmu. Ini karena ilmu membutuhkan amal. Ia ingin menyakinkan bahwa hadits ini adalah shahih.

Abu Musa menjawab : Ya. Ia pun berlalu menuju kaumnya, mengucapkan salam kepada mereka lalu mengambil sarung pedangnya kemudian ia patahkan, kemudian ia pergi berperang sampai terbunuh.

Inilah manhaj para sahabat yang mulia. Manhaj para pendahulu kita r.a.

Ka'b bin Malik kembali berkata :

Duhai seandainya saya melakukannya

Diriwayatkan bahwa ada seorang ulama sholeh sedang menghadapi sakaratul maut, sedang ia berada di atas tempat tidur kematiannya. Kedua matanya meneteskan air mata, sedang ia adalah termasuk orang yang bertaqwa dan berilmu. Ia ditanya : Apa yang membuatmu menangis ? Sambil melihat kedua telapak kakinya ia menjawab : Saya menangis karena kedua telapak kakiku belum pernah terkena debu di jalan Allah SWT.

Kalian tahu hadits shahih dari Rasulullah SAW :

"Kedua telapak kaki seorang hamba yang terkena debu di jalan Allah tidak akan disentuh api neraka."

Allahu Akbar!

Suatu ibadah, hanya dengan menyentuh debunya saja bisa bisa melindungimu dari api neraka. Bagaimana dengan orang yang keluar dengan jiwanya dan hartanya dan tidak kembali lagi dengan keduanya. Maka itu adalah sebaik-baiknya amalan.

Kembali kepada situasi sahabat Ka'b, yang akhirnya tertinggal rombongan perang mulia tersebut. Dia tidak menemui yang ada di Madinah kecuali orang-orang yang munafik dan orang-orang yang memang memiliki udzur untuk tidak turut berperang.

Ketika Rasulullah SAW., sampai di Tabuk, beliau bersabda : "Apa yang dilakukan Ka'b bin Malik ? Beliau ingat kepadanya. Seseorang dari Bani Salamah menjawab : "Ia disibukkan oleh kedua pakaiannya dan karena menuruti perasaannya."

Beliau membicarakannya karena ia berpangku tangan dari pembelaan dien dan menjadikan dirinya di tempat yang tidak selayaknya untuk orang beriman, yakni berpangku tangan tidak membela dien.

Mu'adz bin Jabal r.a. menanggapi (kementar tersebut) berkata : "Buruk sekali omonganmu. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak tahu tentangnya kecuali kebaikan."

Ibnu Hajar mengomentari perkataan seseorang dari Bani Salamah tersebut : "Apa yang telah saya katakan kepada kalian bahwa orang yang berpangku tangan dari jihad telah menjadikan pembenaran bagi orang-orang untuk mencela dirinya, karena membela dien adalah termasuk kewajiban yang paling agung.

Dalam Perang Tabuk ini, ada juga sahabat yang bernama Abu Khoitsamah, yang juga hampir tertinggal mengikuti perang sebagaimana Ka'b bin Malik. r.a. Ia tiba, setelah semua orang berjalan, dan dia menyusul sendirian, meninggalkan qoidun (orang-orang yang duduk di belakang tidak berjihad). Hampir saja syetan menyelewengkannya, padahal Beliau termasuk sahabat yang mulia.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perkataan ulama ahli maghazi (peperangan) mengenai kisah Abu Khoitsamah. Abu Khoitsamah berkata :

"Saya masuk ke rumahku lalu saya melihat pondokan yang telah diciprati air. Padahal betapa bagusnya pondokan yang disirami air di musim panas. Saya melihat pondokan yang telah diciprati air dan saya melihat istriku. Terus aku berkata : 'Demi Allah ini tidak adil, Rasulullah SAW di bawah matahari terik dan kepanasan, sedangkan saya disini saya berteduh dan bersenang-senang. Ia pun mengambil tunggangannya dan sedikit kurma lalu berjalan hingga menyusul Rosul SAW.

Masya Allah, Allahu Akbar...!

Penyesalan, Kejujuran, Boikot, dan Tobat Ka'b bin Malik

Ka'b bin Malik melanjutkan kisahnya. Ketika Rasulullah SAW kembali dari Perang Tabuk, saya dilanda kesedihan yang mendalam dan kedukaan. Saya berkata : 'Dengan apa saya menemui Beliau?'

Kemudian saya mendatangi Beliau lalu Beliau tersenyum dengan senyum kemarahan. Beliau SAW., marah kepada Ka'b. Ka'b berkata : Beliau berpaling dariku. Ka'b lalu berkata : Aku tidak berlaku nifaq, aku tidak ragu-ragu, dan aku tidak mengganti agamaku, lalu apa yang membuatmu marah. Rasulullah SAW., kemudian menjawab :

"Apa yang membuatmu absen ?"

Sebuah pertanyaan dimana orang-orang juga akan ditanyakan demikian. Apa yang membuat absen dari membela La ilaha ilallah ?

Kemudian Ka'b mengaku dan berterus terang kepada Rasulullah SAW., dimana sikap Ka'b ini bisa menjadi ibroh bagi yang memiliki akal.

Saya berkata : Wahai Rosul, demi Allah, seandainya saya duduk di samping selain Anda dari para pencinta dunia, pasti aku akan keluar terbebas dari kemurkaannya dengan berbagai alasan.

Ka'b melengkapi : Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat

Banyak orang sekarang yang memiliki kemampuan berdebat. Kemudian mereka palingkan kewajiban jihad yang saat ini hukumnya telah fardhu 'ain, dengan mengatakan bahwa sekarang belum waktunya. Lalu kapan waktunya ?

Ka'b melanjutkan : Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat, namun demi Allah saya tahu, jika saya sekarang memberi tahu Anda dengan kebohongan yang membuat engkau ridho dengan alasanku, hampir-hampir Allah akan membuat engkau murka kepadaku.

Ka'b melanjutkan : jika aku menceritakan sejujurnya, engkau dapati aku di dalamnya. Dengan kejujuran itu aku berharap balasan dari Allah SWT. Ka'b mengatakan : Demi Allah saya tidak punya udzur.

Rasulullah SAW., bersabda :

"Sungguh orang ini telah berlaku jujur."

Padahal sebelumnya Ka'b berkata : "Saya teringat akan berdusta."

Syekh Usamah menjelaskan, jiwa itu punya celah-celah kelemahan yang banyak sekali, padahal syetan itu mengalir di pembuluh darah manusia. Kita berlindung kepada Allah SWT., darinya. Dan karena kejujurannya inilah Allah SWT., menyelamatkan Ka'b.

Lalu bagaimana dengan kondisi sekarang, dimana standar timbangan manusia sudah terbalik. Mayoritas manusia duduk berpangku tangan dari jihad. Sedikit sekali yang mau mengambil pelajaran dan ingat.

Kemudian datang perintah untuk memboikot, mengucilkan Ka'b dan dua sahabat lain yang absen dari Perang Tabuk. Mengucilkan orang-orang yang duduk berpangku tangan dari membela La ilaha ilalllah.

Ka'b melanjutkan : "Maka bumi menjadi terasa asing bagiku. Seolah-olah ia bukan bumi yang sudah aku kenal dan jiwaku sendiri terasa asing. "

Syekh Usamah mengatakan : sebenarnya ketidakhadiran 3 orang sahabat diantara 30 ribu pasukan dalam Perang Tabuk tidak berpengaruh sama sekali kepada pasukan. Namun ini bukan masalah pengaruh atau tidak berpengaruh, karena urusan ini sudah sampai masuk ke dalam hati. Yakni mengapa tidak mau hadir dalam membela agama Allah SWT. Ini merupakan amanah yang ada di pundakmu dan kewajibanmu yang seharusnya kamu laksanakan.

Kembali kepada Ka'b. Setelah 40 hari, datang seorang utusan Rasulullah SAW., datang kepadanya. Ia berkata : "Rasulullah SAW memerintahkan kepadamu, Tinggalkan istrimu."

Ka'b berkata kepada istrinya : "Pulanglah ke keluargamu sampai Allah memutuskan urusan kita."

Dua teman Ka'b menangis selama 40 hari. Salah seorang sahabat yang bernama Hilal bahkan sudah terkategorikan tua dan lemah. Namun Rasulullah SAW tetap tidak memberikan dispensasi kepadanya, untuk absen dalam jihad, membela agama Allah SWT.

Lalu bagaimanakah dengan kondisi umat Islam saat ini ? yang tidak memiliki uzur ? yang tidak tua dan lemah, mereka masih kuat, sehat, dan berkecukupan. Lalu mengapa mereka masih juga absen dalam jihad

Ka'b berkata : Ketika saya sedang duduk, dalam keadaan yang sudah saya sebutkan, tiba-tiba ada suara yang sampai kepadaku dengan nada memberi kabar gembira. Ada seorang laki-laki setelah turun taubat atas Rasululllah SAW.

Seorang lelaki naik ke bukit Salwa berteriak dengan suaranya yang paling keras, memberi kabar gembira kepada Ka'b.

Ka'b berkata : "Maka saya tersungkur sujud. Sambil menangis karena gembiranya taubatnya diterima Allah SWT."

Ka'b berkata : Wahai Rasulullah, sebagai bagian dari tobatku saya akan melepas semua hartaku. Rasulullah SAW menjawab agar dia hanya melepaskan 1/3 hartanya saja.

Ibroh Kisah Ka'b Bin Malik

Kini, kita tidak diminta untuk melepas seluruh harta kita, padahal ia milik Allah SWT. Lalu mengapa kita belum juga pergi berjihad, apa lagi yang menipumu ? Padahal telah sampai kepadamu hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan ibadah jihad. Kisah Ka'b dan kejujurannya ini adalah ibroh atau teladan bagi ummat saat ini agar memeriksa jiwanya dan mengatasinya, serta mengembalikannya pada kebenaran.

Kini, hendaklah kaum Muslimin melihat di manakah posisinya sekarang, dan siapkah dia dengan sebuah pertanyaan.

"Apa yang membuatmu absen berjihad?"

Bagaimana bisa seseorang yang mengaku mencintai Rasulullah SAW, mengaku mengikuti manhajnya, namun belum pernah berjihad di jalan Allah SWT., sekalipun?

Di jaman ini, di saat hukum jihad fardhu 'ain, bagaimana bisa kita mengambil fatwa atau fiqh jihad dari orang yang hanya duduk-duduk saja dan tidak pernah berjihad ?

Fiqih jihad, sebagaimana dikatakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah, beliau adalah seorang 'Alim Robbani Mujahid, yang berangkat bersama jiwanya untuk memerangi Tartar. Ia berkata :

'Dalam masalah-masalah wajib yang berhubungan dengan jihad, (maksudnya fatwa dalam masalah jihad) seharusnya diambil dari ulama yang benar-benar ulama. Yaitu yang mengerti realitas dunia (yang diantaranya adalah masalah jihad) bukan berdasarkan pandangan orang yang memandang dengan dien secara lahir dan juga bukan berdasarkan ulama yang tidak punya ilmu tentang realitas keadaan dunia.

Syekh Usamah memberikan contoh, saat ini banyak orang berargumen bahwa kita tidak mampu untuk menghadapi AS dan bala tentaranya. Kemudian berfatwa tidak atau belum wajib untuk berjihad. Padahal sebagaimana disebutkan oleh Syekh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dalam kitabnya bahwa syarat orang berfatwa adalah dua hal yakni pertama faham fakta dan yang kedua faham nash untuk dikaitkan dengan fakta.

Perhatikanlah ayat-ayat berikut :

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata " Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami ?" Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah : "Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun." (QS An Nisaa' (4) : 77)

Lalu Allah menjawab secara tegas dalam ayat berikutnya :

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan : "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan :" Ini (datangnya) dari sisi Kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (dating) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?" (QS An Nisaa' (4) : 78)

Syekh Usamah menutup kajiannya dengan mengutip syair dari sahabat Ja'far, r.a. dan syair tentang Baitul Maqdis dan Ka'bah Musyarofah.

Duhai indah dan dekatnya surga, enak dan sejuk minumannya

Romawi telah mendekati siksaannya

Jika aku menemuinya saya harus menghantamnya..........

Penduduk Palestina merasakan gelas-gelas kesedihan

Sedangkan luka di Hijaz tidaklah kecil bagimu

Bukanlah putera-putera Islam itu kecuali orang-orang yang mulia

Dengan lukamu, musibah itu memaksa untuk menganggapnya kecil

Akan tetapi mereka...Akan tetapi meskipun terluka, keyakinan mereka

(tetap) besar (optimis) dengan kembalinya khilafah yang mulia

Sungguh mereka telah bersumpah...sungguh merka telah bersumpah dengan (nama) Allah bahwa jihad mereka akan tetap jalan meskipun Kisra (Persia) dan Qoyshar (Romawi) bersatu

Maka dalam kondisi saat ini, apakah layak dan patut kaum Muslimin berpangku tangan duduk-duduk saja meninggalkan jihad ?

Wallahu'alam bis showab!


Oleh M. Fachry pada Selasa 16 Februari 2010, 07:49 PM

Sudah menjadi maklum bahwa setiap orang muslim segala amalan dalam kehidupannya mesti dilandaskan pada petunjuk Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam baik dari al-Qur'an al-Karim maupun as-Sunnah al-Muthahharah. Demikian halnya dengan seorang mujahid, tentunya ia harus lebih memperhatikan setiap amalan yang dilakukannya agar senantiasa mengikuti petunjuk tersebut.

Pada pembahasan kali ini secara berurutan akan diketengahkan pembahasan fikih yang lebih aplikatif (mengena) pada persoalan amalan seorang mujahid dan kehidupan jihadnya. Dan pembahasan ini dinukilkan dari buku "Adz-Dzakhiirah aw Maa Laa Yasa'ul Mujaahidu Jahluhu" , yaitu sebuah buku yang berisi rangkaian pembahasan tentang hukum fikih yang disusun oleh Abdullah bin Muhammad Al-Manshuur.

Mukadimah

Segala puji bagi Allah ta'ala yang Maha Esa, shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada Nabi yang tiada nabi setelahnya, kepada keluarga dan para shahabatnya. Wa ba'd...

Saudaraku mujahid..... Yang berada dalam genggamanmu saat ini, dalam pantauan penglihatanmu saat ini adalah lembaran-lembaran yang aku himpun dengan cepat dan aku tulis pula dengan cepat -semuanya serba cepat- dan ini adalah udzurku bila terdapat kesalahan di dalamnya.

Saudaraku mujahid ..... untukmu aku menuliskannya agar kamu menjadikannya sebagai bashiirah (panduan) dalam berbagai hukum Islam. Dan aku telah meringkasnya sebagai satu kumpulan hukum yang tidak alasan bagimu untuk tidak mengetahuinya.

Saudaraku mujahid ..... Ketika aku menuliskannya untukmu tak pernah lepas dalam benakku -waktumu yang sangat berharga- dan tidak ada kesempatan bagimu untuk berlama-lama menelaah tentang hukum jihad. Karenanya kamu akan mandapatkan pembahasan yang sangat singkat yang aku sajikan sebagai intisari barbagai permasalahan dan yang paling rajih.

Saudaraku mujahid ..... dari semua rangkaian mukadimah ini hanya tiga yang aku minta kepadamu:

  • Ingatlah selalu bahwa pintu keluar berbagai persoalan adalah keikhlasan. Yakinilah bahwa selagi kamu belum mampu menundukkan dirimu mustahil kamu akam mampu menundukkan musuhmu.
  • Janganlah kamu lupakan orang yang telah menghimpun dan menulis lembaran-lembaran ini dan siapa saja yang telah berusaha untuk menyebarkannya dalam ketulusan do'amu. Dan juga hadiah pahalamu dari lesatan-lesatan pelurumu yang menusuk leher-leher musuh-musuh Allah
  • Terakhir..... semoga dengan simpanan berharga ini aku dapat memenuhi magazin senjatamu, menarik picu akalmu dan menembakkan putusan-putusanmu. Semoga Allah Y melindungi dan menjagamu dalam dunia dan akhiratmu.

Teman dalam perjalananmu
Abdullah bin Muhammad al-Manshu

Source : Brain News

Mujahid Bukan Khawarij

Oleh M. Fachry pada Rabu 17 Maret 2010, 08:06 AM

Ja'far Umar Thalib, mantan panglima Laskar Jihad kembali membuat kontroversi. Diwawancarai oleh Metro TV, ulama yang dekat dengan penguasa tersebut mengatakan bahwa khawarij itu sama dengan teroris. Menurutnya, seseorang yang tidak melaksanakan hukum-hukum Allah Swt, hanya kufur perbuatannya dan orangnya belum bisa dikafirkan. Siapakah sebenarnya khawarij?

Siapakah Khawarij ? Ulamaa' telah menjelaskan bahwa mereka adalah salah satu yang memberontak melawan Imam yang benar (Al-Imam Al Haq), dan mereka secara terbuka tidak taat kepadanya, dan mereka bersekongkol melawannya - maka dimanakah Imam yang benar saat ini, yang bisa (paling berhak) memberikan label kepada seseorang yang memberontak melawannya sebagai seorang 'Khawarij' ?

Dimanakah 'Ali bin Abi Thalib hari ini?!

Dan jika kita Khawarij, maka siapakah kamu (wahai para rezim dan wahai Ulama yang loyal kepada mereka)?! Apakah kalian 'Ali dan Shahabat-shahabatnya?!

Dan apakah 'Ali r.a. mengambil hukum kekuasaannya dari Legislasi (undang-undang) orang Persia dan orang-orang Roma ?!

Apakah dia memerintah berdasarkan pada "Sosialisme" dan "demokrasi"? Atau dia adalah seorang penyeru "nasionalisme" dan "kedamaian sosial" ?

Atau pernahkah 'Ali bersekutu dan mendukung Yahudi?!

Atau pernahkah 'Ali meninggalkan Hudud dari Allah dan mengimplementasikan hukuman yang tidak pernah Allah kirimkan ke muka bumi ini? Atau dapatkah itu dikatakan menyeru untuk menerapkan Khilafah, sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan?!

Atau pernahkah 'Ali berperang melawan kesucian dan kemurnian, menyeru kepada "kebebasan" wanita dan untuk membiarkan wanita bebas untuk melakukan perjalanan?!

Atau apakah 'Ali salah satu orang yang telah memisahkan Al- Qur'an ke dalam bagian-bagian (yaitu mengimani sebagian dan mengkufuri sebagian)? Mereka yang mengatakan: "Tidak ada Islam dalam politik, dan tidak ada politik dalam Islam"?!

Dan yang telah dimaafkan Imam 'Ali r.a. beliau sama sekali tidak pernah melakukan semua itu. Tetapi dia yang paling ingin menerapkan hukum Allah, dan memerintah dengan Kitab Allah, serta Sunnah Rasul-Nya Saw.. Kemudian tidak ada keraguan, bahwa seseorang yang memberontak melawan Al Imaam Al 'Adil dia benar-benar seorang Khawarij (yakni pada masa Imam Ali r.a).

Maka, seseorang yang memberontak melawan seorang penguasa (yang tidak melaksanakan hukum Islam) bukanlah seorang Khawarij; tetapi dia adalah seorang Muslim, seorang Mu'min, seorang Muttaqi (bertaqwa).

Maka, seseorang yang membela kehormatan kaum Muslimin, berjihad di jalanNya, dan berada di front terdepan melawan orang-orang kafir, bukanlah seorang Khawarij, tetapi dia adalah seorang Mujahid, seorang Muwahhid, seorang yang selalu ada dalam umat ini, Al Firqotun Najiyah, kelompok yang selamat, dan At Toifah Al Mansuroh, kelompok yang akan mendapatkan kemenangan dari Allah Swt. Amien Ya Robbal Alamien...!

Ya Allah....Saksikanlah....kami telah menyampaikannya.

Source : almuhajirun.net

Hukum-Hukum Tentang Mati Syahid


Oleh M. Fachry pada Rabu 21 April 2010, 03:19 PM

Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin terbunuh di jalan Allah kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi kemudian terbunuh. (HR. Al Bukhari)

Mengharap dan mencari syahid adalah bentuk amalan yang paling utama. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pun sangat berharap agar mati syahid:

Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin terbunuh di jalan Allah kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh kemudian dihidupkan lagi kemudian terbunuh.1

1 HR Al-Bukhari (2797).

Sebagaimana juga dalam hadits Sahl bin Hanif bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Barang siapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur, Allah akan menempatkannya dalam kedudukan orang-orang yang mati syahid meski ia mati di atas kasurnya.2

2 HR Muslim (5039).

Dibenarkan menyebut syahid kepada setiap mujahid yang terbunuh di jalan Allah berlandaskan pada keadaan lahiriah dan mengembalikan segala yang tersembunyi hanya kepada Allah.

Hadits yang berbunyi:

Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang.3

3 HR Muslim (4991).

Hadits ini dan juga hadits-hasits lainnya yang senada tidak bisa difahami secara mutlak tetapi ada beberapa pengecualian. Yaitu; orang yang telah menunjuk seorang wakil untuk menunaikan hutangnya, yang meninggalkan tebusan untuk hutangnya dan yang berniat untuk melunasi hutangnya. Ini sebagaimana yang telah ditetapkan oleh para ulama Fikih.

Pemahaman yang benar tentang batasan kawasan perang adalah satu kawasan perang yang terjadi pertempuran di dalamnya. Bahkan batasannya tidak hanya terbatas pada satu kawasan saja. Ia bisa membentang sampai ratusan ribu mil. Ini karena jangkauan persenjataan modern yang sangat luas yang biasa dikenal dengan pentas operasi, baik itu udara, laut maupun darat.

Dibenarkan bahwa setiap muslim yang terbunuh di tangan orang-orang kafir adalah syahid.

Demikian pula para ulama sepakat bahwa setiap muslim yang membunuh diri tanpa sengaja atau dibunuh temannya muslim tanpa sengaja dalam pertempuran tetap disebut syahid.

Bila ditemukan satu jasad dalam pertempuran dan padanya tidak anda tanda apapun yang dapat menunjukkan tentang kematiannya maka yang rajah ia tetap disebut sebagai syahid dalam pertempuran. Denikian pendapat mazhab Syafi'i, Maliki dan satu riwayat dari imam Ahmad.

Para ulama empat mazhab bersepakat bahwa orang syahid dalam pertempuran tidak disyaratkan harus terbunuh dengan senjata tertentu. Namun yang menjadi syarat adalah terbunuh karena disebabkan musuh.

Jumhur ulama sepakat bahwa orang syahid dalam pertempuran tidak perlu dimandikan.

Para ulama Fikih sepakat bahwa mengafani orang yang syahid cukup dengan pakaian yang dikenakan ketiaka ia syahid itu disyariatkan. Dan yang rajih tidak boleh melepaskan pakaian tersebut dan menggantinya dengan selainnya.

Orang yang syahid apabila pakaiannya terampas dalam pertempuran maka ia harus dikafani sebagaimana orang yang meninggal pada umumnya.

Jumhur ulama berpendapat bahwa semua yang dipakai oleh orang yang syahid dilepas kecuali pakaian. Maka senjata, baju besi atau penangkal peluru harus dilepas.

Tentang menshalatkan orang yang syahid, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Yang dibenarkan dalam persoalan ini adalah dipersilakan memilih antara menshalatkannya atau tidak. Karena kedua pendapat tersebut sama-sama ada atsar yang melandasinya.

Orang yang syahid dikebumikan di tempat ia terbunuh bila memungkinkan. Namun bila tidak memungkinkan entah karena khawatir jasadnya akan dicuri, dibakar atau dicincang maka boleh memindahkannya ke tempat yang lain.

Ya Allah aku memohon kepada-mu kehidupan bahagia, mati syahid dan kemenangan atas musuh.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Saudara kalian Abdullah bin Muhammad Al-Manshur (1426 H)

Source : Brain News